Sabtu, 27 Agustus 2011

cerpen #1 Tunggu Kami di sana Mama

Jam bekerku mulai berbunyi pada pukul 08:00 maklum hari ini hari minggu tetapi aku masih mengantuk sedangkan terus bersinar begitu cerahnya menyinari kamarku lewat jendela di depan balkon. Aku pun menyerah dan bangun dengan malasnya.
Aku mulai mecari mama di kamarnya ternyata tidak ada, kamar mama sudah sangat rapi. Aku pun memanggil mama dengan teriakan kecil "Mamaaa" ternyata mama berada di dapur aku pun menyusulnya ke dapur. Mama sedang menyiapkan sarapan pagi sedangkan papa sedang membaca koran ddepan TV. Aku menyapa mereka "pagi mama, papa, pagi banget kalian bangun" ujarku. "Hus anak cewek kok bilang jam segini masih pagi, ini udah jam 8 lewat tau" ujar mama. Papa pun mulai bicara "Namanya juga libur ma ga'papa dong bangunya siang" "I'm agree with papa, zaman mama sama zaman lola tuh beda ma, am segini belum bangun kayaknya ga'papa deh" ujarku. "Tuh kan pa, ini gara-gara papa yang terlalu manjain lola, jadi gini deh manja banget si lola ngebantah omongan pula" kata mama
Kami pun mulai adu mulut sambil tertawa sesekali.
Oh iya, kita belum kenalan. Namaku Lola Julian Pramana, Juliana diambil dari bulan lahirku tepatnya 15 Juli 1996 sedangkan Pramana diambil dari nama belakang papa yaitu Juanda Endang Pramana. Aku bersekolah di SMA Kusuma Bakti Negara. Aku lahir di keluarga yang cukup berada dengan pekerjaan papa sebagai Direktur Perusahaan Sukses dan mama seorang pemilik butik yang terkenal dan sukses pula. Aku tidak mempunyai kakak maupun adik, yups betul sekali aku anak tunggal papa dan mama karna itu papa selalu memanjakan ku dengan fasilitas-fasilitas yang ada.
Saat liburan sekolah papa mengajak kami pergi ke luar negri dan kami memilih pergi ke Singapore, kami pergi menaiki pesawat Hsibuan Air. Tapi bencana datang, pesawat yang kami tumpangi mengalami kecelakaan. Aku, mama, dan papa mengalami luka yang cukup parah. Aku dan papa selamat, tetapi Tuhan berkehendak lain terhadap mama, mama meninggal dunia karna terjadi benturan keras di kepalanya dan mengeluarkan banyak darah sehingga nyawa mama tidak dapat ditolong.
Jam dinding di ruangan rumah sakit tempat aku dirawat menunjukan pukul 10:30. Kepalaku terasa sakit tetapi tetap kupaksakan diriku bangun untuk mencari suster yang dapat kutanyai. Disaat aku berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit, aku tidak menjumpai suster dan akhirnya aku ketempat administrasi atau tempat menanyakan ruangan pasien yang dirawat di rumah sakit ini. Aku pun bertanya kepada susternya "Sus, diruangan mana mama saya dirawat" suster itu bertanya "Siapa nama mamanya dek?" "Namanya Rini Ningsih Pramana sus" ujarku. suster itupun meminta tolong kepada suster yang satunya untuk mengantarkanku. suster itu mengantarkanku tapi aku bingung kenapa aku dibawa kekamar mayat. Suster itu mulai berbicara "Adek yang sabar ya, mama adek memang sudah tiada tapi beliau akan bahagia jika adek dapat mengikhlaskan kepergiannya" ujar suster itu. Aku pun mulai histeris mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suster itu tadi. Aku berbicara didalam hati "Apa, mama meninggal" pada awalnya aku tak percaya tetapi suster itu memperlihatkan mayat mama yang terbujur kaku. aku tidak melihat senyum mama lagi melainkan wajah mama yang dingin, bibirnya yang mulai membiru, warna kulit yang dulu putih cerah dan cantik kini berwarna putih pucat, mama udah ninggalin aku, ninggalin aku buat selamanya. Aku langsung berteriak histersi dan memanggil mama disela isak tangis ku "mama, mama, kenapa mama tinggalin lola dan papa? kenapa mama pergi begitu cepat, mamaaa.." Aku memandngi wajah mama sambil mengingat masa lalu, saat aku sedih mama selalu menghiburku, mama selalu ada buat aku, mama selalu bisa buat aku tersenyum walaupun aku nakal, aku suka ngebantah, aku bandel, tapi mama tetep sayang sama aku, mama tetep sabar ngadepin aku. Tapi sekarang aku sedih, aku menangis tetapi mama hanya diam dan tak dapat menghiburku sepeti dulu lagi. Aku tidak bisa melihat senyum mama lagi, senyum yang selalu membuatku semangat menjalani hari-hariku. Mama yang slama ini slalu membuat ku tersenyum kini ia pergi untuk slama-lamanya.
Aku berteriak tetapi aku tak dapat berteriak, aku pun berlari menuju taman rumah sakit disana aku hanya dapat menangis, menangis, dan menangis dan disela tangisku aku berteriak "Mama, jangan tinggalin lola, Mamaaa..." Hujan pun turun dengan derasnya dan membasahi tubuhku, aku mulai lega karna telah menangis tetapi aku tetap terduduk kaku dibawah derasnya hujan
Papa menghampiriku dan berkata "Lola yang sabar ya, mama bakalan sedih kalau lola sedih, lola harus bisa ikhlasin mama dipanggil Yang Maha Kuasa, kan masih ada papa disini yang bakalan jagain lola, lola harus bisa banggain mama disana dan banggain papa juga, lola pasti bisa karna lola anak yang kuat, anak papa dan mama yang hebat" papa memelukku dan membawaku ke kamar dimana aku dirawat.
Beberapa minggu kemudian setelah kepergian mama aku mulai beranjak dari kesedihan, didalam kamar aku mulai melamun dan merenung, aku berjanji didalam hati bahwa aku akan banggain mama disana dan buat mama tersenyum dan tak lupa papa yang telah merawatku selama kepergian mama, aku akan membuat mereka bangga terhadap hidupku.
Mama, tunggu kami disana, dan kita akan bercanda tawa riang lagi bersama. Tunggu kami mama :')

TAMAT ☺
maaf kalau cerpennya jelek, maklum baru belajar, dan makasih buat yang udah ngeluangin waktu buat ngebaca cerpen aku :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
XD Anime Smiley